PISO SURIT adalah salah satu dari sekian banyak lagu dan syair karya komponis nasional asal Karo, Sumatera Utara, yakni: Djaga Depari (Djaga Sembiring Depari). Yang dimana, banyak kalangan mengartikannya(piso surit) ini merupakan(dalam) sebuah bentuk benda(piso). Ini adalah sebuah kekeliruan yang mungkin tidak disengaja, mengingat kata piso yang mengawalinya mengarah ke sebuah kebendaan, namun sang komponis(Djaga Depari) sendiri, sebenarnya mengarang lagu yang bertemakan asmara muda/i Karo di zaman peperangan, ini menggambarkan seorang kekasih yang sedang mencurahkan isi hatinya(berbicara) kepada alam serta burung-burung yang hinggap di pepohonan tentang kekasih yang dinanti yang tak kunjung datang. Pit-cuit (cit-cuit) suara burung yang memanggil-manggil digambarkan oleh Djaga Depari dengan kata piso surit sebagai seorang insan yang memanggil(menanti) kekasih. Hehehehe...
by: Djaga Depari
Piso Surit, piso Surit.
Terdilo-dilo, terpingko-pingko
Lalap la jumpa ras atena ngena.
I ja kel kena, tengahna gundari
Siang me enda turang atena wari.
Entabeh naring mata kena tertunduh
Kami nimaisa turang tangis-teriluh.
Reff:,,,,
Enggo-enggo me dagena
Mulihlah gelah kena
Bage me nindu rupa agi kakana.}2x
Tengah kesain, keri lengetna
Rembang mekapal turang, sehkel bergehna.
Terkuak manuk ibabo geligar
Enggo me selpat turang kite-kite kulepar.
Piso Surit, piso-surit.
Terdilo-dilo, terpingko-pingko.
Lalab la jumpa ras atena ngena.
I ja kel kena, tengahna gundari
Reff:,,,,
Enggo-enggo me dagena
Tengah kesain, keri lengetna
Piso Surit, piso-surit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar